Mendengar celoteh juga curahan hati dari seorang teman membuat aku terinspirasi akan topik kali ini. Dalam benak ini selalu bertanya-tanya kenapa ya masih ada orang yang tega, yang bisanya cuma nyakitin dan membuat patah hati padahal tak ada niat jahat sedikitpun pada orang yang menyakiti yang ada hanya niat baik? Dengan menjadi pendengar yang baik dan setia, aku mencoba untuk mencerna di setiap ceritanya dari awal hinga akhir sampe saran pun terlontar.
Dari obrolan bersamanya dengan bercampur canda tawa dan dengan pikiran yang realistis dan bermaen logika kemudian ada hal yang mampir di benakku dan benaknya -bisa sama- yakni ternyata “love = chocolate”. Kenapa kami menyebutkan cinta sama dengan coklat??? ya iyalah secara gitu lhooo habis manis sepah dibuang. Masih bingung??? Begini lho secara logika dan realistis nich, coklat itu kan manis dan bahkan dalam hari kasih sayangpun sebagai tanda kasih sayang -mang kasih sayang bertanda ya?-. Sama seperti cinta yang banyak orang bilang cinta itu manis -mang cinta ada rasanya?-. Nach so sama kan antara cinta dengan coklat, sama-sama manis. Diatas cinta = coklat, habis manis sepah dibuang kenapa???? sekarang gini ya berdasarkan survey, curhatan, pengalaman nichhh misal makan coklat entah coklat dengan merk apa yang pastinya itu coklat nikmat banget buat disantap dan dinikmati, coklat yang dimakan itu pasti akan melalui proses pencernaan di dalam perut (lambung, usus, dll), nach dari proses pencernaan itu pastinya dan tentunya ada proses pembuangan kan. Dimulai dari coklat yang terbungkus rapi dan tentunya menggoda selera untuk memakannya kemudian masuk ke mulut menuju ke proses pencernaan setelah itu proses pembuangan, so coklat yang manis sudah tak terasa manis lagi dan karena manisnya hilang menjadi ampas jadi ya dibuanglah. Sama kan seperti cinta, usaha pertama untuk mendapatkannya dengan cara manis kemudian setelah mendapatkannya dan membangun sebuah komitmen dan ternyata ada udang dibalik bakwan uuppssss dibalik batu alias ada maksud tersembunyi entah apa maksudnya dibalik sikap manis itu kemudian selang berapa lamanya sikap manis itu sudah tak ada lagi dan akhirnya dibuanglah alias ditinggalin -tega banget-. Jadi wajar dong kalo aku dan temenku menyebutnya “love = chocolate” lha pada kenyataannya seperti itu!!!! Kok masih ada ya yang mempermaenkan sayang dan cinta padahal semua itu sangat berharga apalagi kasih sayang dan cinta yang diberikan dengan tulus dan apa adanya oleh orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Ya walaupun sayang dan cinta itu bisa dibeli dengan uang sekalipun akan tetapi kebahagiaan dari rasa sayang dan cinta itu tidak bisa digantikan bahkan dibeli dengan apapun. Mari belajar untuk menghargai dan mengerti apa sayang dan cinta itu, lihatlah serta mengertilah kemudian pahamilah orang yang kita sayangi dan cintai dengan tulus begitu pula sebaliknya dan semoga “love=chocolate” ini nggak ada lagi yang ada “love=happiness”.
PS : To my friend, don’t be sad anymore…..ur step still long 🙂 .Thanks a lot u have given me an inspiration, u have given me trust, u have given me support n spirit and that sure we always support each other . U always make me smile everytime 🙂
aneh2 adjah nich ibuk yang atu ennich,,,
Ck,,ck,,,ck,,ck,,ck,,,
tergantung kondisi n posisina sich bu, tp kalo dirasa2in banyak bilang kayak gitu dari kaum cewex yach,,,
(cz aquwh juga nah ngerasain,,,wuakakakakaka!!!)
yach mo gmn lagi kalo dah jadi ampas masa’ iyah mo diambil n ditelen lagi, secara geethoo?!?!?!
gmn carana adjah dech kita yang bisa ngerubah “love=chocolate” jadi “love+happiness”
Setujuuuuu?????Yyyuuukkkkk,,,,,:-)
Blognya bagus, nemu di paman gogel.
Eh, kl dicermati coklat itu kan ada rasa pait2nya gt. Jadi ya gitu dehh…
Ini tulisan curhat ya?
==>>> makasih….. ya memang sech coklat itu ada rasa pait2nya tapi kan tetep aja toh sama dengan cinta, cinta kan juga ada pait2nya gityuuuu lhooooooooooooo
so conclusionnya “love=chocolate” that’s true……survey membuktikan 🙂